Senin, 02 September 2013

COKELAT TAK HANYA MEMBANGKITKAN MOOD


Cokelat merupakan makanan yang begitu populer dimana-mana. Bahkan untuk menciptakan mood sekalipun banyak orang mengandalkan cokelat. Baik cokelat dalam bentuk batangan atau berupa minuman hangat pelipur lara. Di masa lalu cokelat meberikan nilai sejarah tersendiri disetiap negara. Salah satunya cokelat paraline, cokelat mungil dengan isi bervariasi.
Terbentuknya cokelat paraline di tahun 1671 berasal dari kesalahan koki saat menumpahkan gula. Koki Duke Plessis-Praslin tidak sengaja menumpahkan gula mendidih dan meleleh pada bubuk almond. Itulah saat kelahirancokelat  praline,  campuran almond yang dilapisi karamel dan dihaluskan.
Beberapa tahun kemudian seorang ahli cokelat Belgia mengembangkan resep ini dan meletakkannya pada lapisan cokelat. Tahun 1697 Belgia kemudian menjadi pusat cokelat terkenal. Grand-Place , Walikota Zurrich menemukan cokelat dan memperkenalkannya ke Swiss.
Tak dapat dipungkiri bahwa Indonesai adalah salah satu negara yang mengekspor biji cokelat ke sejumlah negara. Salah satunya pabrik cokelat Perugina di Italia yang biji cokelatnya diimpor dari negara di luar Eropa termasuk Indonesia.
Sejumlah produksi dilakukan di Indonesia untuk menghasilkan produk cokelat terbaik. Proses panen biji kakao terbaik yang akan menentukan kualitas cokelat. Hanya biji kakao yang matang sempurna yang bisa memberikan hasil terbaik dari segi rasa maupun aroma.
Cokelat panas
Menikmati secangkir cokelat panas tentu terasa nikmat. Beberapa penelitian menyebutkan cokelat mampu mencegah terjadinya penyakit dimensia. Gangguan kerusakan progresif pada sistem saraf yang dapat menimbulkan beberapa gejala. Ciri-ciri dimensia antara lain penurunan daya ingat, dan kemampuan berbahasa.
Falvonoid, antioksidan yang terdapat pada cokelat dapat membantu kelancaran aliran darah dalam otak. Sehingga oksigen dan glukosa yang merupakan energi dari otak mampu mempertahankan fungsi kognitif.  

“Kami mempelajari lebih dalam aliran darah ke otak dan berpengaruh pada kemampuan berpikir. Otak mempbutuhkan lebih banyak energi untuk bekerja secara optimal, oleh karena itu diperlukan aliran darah yang lancar” ungkap Dr. Farzaneh Sorond, Havard medical School. 

0 komentar: