Minggu, 01 September 2013

BERUK BAGIAN DARI RANTAI BISNIS KELAPA


Warga Minang memang tidak pernah segan-segan menggunakan santan. Liat saja masakan Padang yang rata-rata menggunakan santan. Salah satunya rendang yang dimasak dengan santan hingga air meresap ke dalam daging. Tak heran bila banyak orang Minang menghabiskan banyak kelapa saat memasak apalagi saat ada upacara adat. Dari makanan pembuka hingga penutup sebagian besar menggunakan santan.
Bagi orang Minang menggunakan sedikit santan cita rasa makanan tersebut akan berubah. “Selain makanan tak enak, nanti dikira pelit oleh tetangga” kata Yuniar pemasak singgang salah satu kuliner di tanah Minang. Yuniar bahkan menghabiskan 30 butir kelapa untuk menyajikan 2liter ikan bilih saat memasak singgang. 
Sebagian besar pohon kelapa tumbuh di pekarangan rumah msyarakat di Padang Pariaman. Tak heran bila tradisi corak makanan, tradisi makanan hingga cara memasak orang Minang tak pernah lepas dari santan. Kebutuhan akan santan yang terus meningkat ternyata dapat memberikan kisah unik dari para pemetik kelapa.
Bila di Jawa kelapa dipetik oleh manusia, disini kelapa dipetik oleh beruk. “Disini memetik kelapa hanya dilakukan oleh beruk yang lebih cekatan memanjat” kata Isa warga Pariaman. Beruk tak langsung begitu saja memetik kelapa tapi juga perlu dilatih. Nantinya beruk yang telah lulus akan dipekerjakan di kebun kelapa warga.
Beruk kecil mendatangi kelapa, memilinnya dengan tangan dan kaki, kemudian menjatuhkan kelapa ke tanah. Itulah tahap dasar yang dilewati beruk. Tahap selanjutnya adalah membedakan mana kelapa yang tua dan muda. Kelapa tua umumnya memiliki tangkai yang rapuh. Setelah beruk dilatih harga jualnya pun akan mengikuti.  
Harga beruk bahkan bisa berkali-kali lipat dari beruk yang belum dilatih. Bila harga belinya ratusan ribu, beruk yang telah dilatih bisa dihargai Rp 2 juta hingga Rp 4 juta rupiah. Selain dijula, beruk yang telah di “sekolahkan” bisa saja dipekerjakan pada tukang ojek beruk yang banyak bertebaran.
Setiap hari tukang ojek akan membonceng satu atau dua beruk untuk menawarkan jasanya pada warga. Harga setiap butir kelapa yang dipanen Rp 150, bila sehari 1000 butir kelapa maka penghasilan sehari bisa Rp 150.000.
Biasanya beruk betina lebih banyak disukai, beruk betina tak banyak tingkah dan cekatan daripada beruk jantan. Usia produktifnya juga lebih panjang, 10-15 tahun, bandingkan dengan beruk jantan yang hanya 5-7 tahun.
Ibarat orang berpangkat, beruk yang telah pensiun tidak mau disuruh-suruh lagi. Tapi beruk akan tetap dipelihara dan diberi makan karena jasanya yang telah membantu manusia selama beberapa tahun ini. Bahkan beruk yang berguna akan dibuatkan upacara. “Tanpa beruk kami belum tentu bisa makan”. tambahnya.  


0 komentar: