Warga
Minang memang tidak pernah segan-segan menggunakan santan. Liat saja masakan
Padang yang rata-rata menggunakan santan. Salah satunya rendang yang dimasak
dengan santan hingga air meresap ke dalam daging. Tak heran bila banyak orang
Minang menghabiskan banyak kelapa saat memasak apalagi saat ada upacara adat.
Dari makanan pembuka hingga penutup sebagian besar menggunakan santan.
Bagi
orang Minang menggunakan sedikit santan cita rasa makanan tersebut akan berubah.
“Selain makanan tak enak, nanti dikira pelit oleh tetangga” kata Yuniar pemasak
singgang salah satu kuliner di tanah Minang. Yuniar bahkan menghabiskan 30
butir kelapa untuk menyajikan 2liter ikan bilih saat memasak singgang.
Sebagian
besar pohon kelapa tumbuh di pekarangan rumah msyarakat di Padang Pariaman. Tak
heran bila tradisi corak makanan, tradisi makanan hingga cara memasak orang
Minang tak pernah lepas dari santan. Kebutuhan akan santan yang terus meningkat
ternyata dapat memberikan kisah unik dari para pemetik kelapa.
Bila
di Jawa kelapa dipetik oleh manusia, disini kelapa dipetik oleh beruk. “Disini
memetik kelapa hanya dilakukan oleh beruk yang lebih cekatan memanjat” kata Isa
warga Pariaman. Beruk tak langsung begitu saja memetik kelapa tapi juga perlu
dilatih. Nantinya beruk yang telah lulus akan dipekerjakan di kebun kelapa
warga.
Beruk
kecil mendatangi kelapa, memilinnya dengan tangan dan kaki, kemudian
menjatuhkan kelapa ke tanah. Itulah tahap dasar yang dilewati beruk. Tahap selanjutnya
adalah membedakan mana kelapa yang tua dan muda. Kelapa tua umumnya memiliki
tangkai yang rapuh. Setelah beruk dilatih harga jualnya pun akan mengikuti.
Harga
beruk bahkan bisa berkali-kali lipat dari beruk yang belum dilatih. Bila harga
belinya ratusan ribu, beruk yang telah dilatih bisa dihargai Rp 2 juta hingga
Rp 4 juta rupiah. Selain dijula, beruk yang telah di “sekolahkan” bisa saja dipekerjakan
pada tukang ojek beruk yang banyak bertebaran.
Setiap
hari tukang ojek akan membonceng satu atau dua beruk untuk menawarkan jasanya
pada warga. Harga setiap butir kelapa yang dipanen Rp 150, bila sehari 1000
butir kelapa maka penghasilan sehari bisa Rp 150.000.
Biasanya
beruk betina lebih banyak disukai, beruk betina tak banyak tingkah dan cekatan
daripada beruk jantan. Usia produktifnya juga lebih panjang, 10-15 tahun,
bandingkan dengan beruk jantan yang hanya 5-7 tahun.
Ibarat
orang berpangkat, beruk yang telah pensiun tidak mau disuruh-suruh lagi. Tapi beruk
akan tetap dipelihara dan diberi makan karena jasanya yang telah membantu
manusia selama beberapa tahun ini. Bahkan beruk yang berguna akan dibuatkan
upacara. “Tanpa beruk kami belum tentu bisa makan”. tambahnya.