Jumat, 21 Agustus 2015

KUALITAS BERBEDA TEH HIJAU INDONESIA

teh hijau indonesia, kualitas teh hijau indonesia

Ketika kopi Indonesia mulai diperhitungkan di dunia, nasib teh lokal Indonesia kian dipertanyakan. Penurunan produksi teh terjadi karena biaya produksi yang semakin tinggi sedangkan harga jual rendah. Sempat menempati peringkat lima sebagai produsen teh terbesar di dunia, posisi teh Indonesia saat ini turun di posisi tujuh.

Perkebunan teh Indonesia tersebar di 11 provinsi, 80 persen diantaranya berada di Jawa Barat. Perkebunan teh telah menyumbang devisa bersih 110 juta dollar AS per tahun. Namun, sejak tahun 2000 produksi nasional sebesar 140.000 ton terus merosot bahkan kian mengkhawatirkan.

Bila dibandingkan dengan produksi teh Tiongkok sebesar 1,93 juta ton yang terus meningkat setiap tahunnya dengan luas areal teh mencapai 38,69 juta. Kenyataannya  saat ini 60 persen produksi teh Indonesia dilempar ke ekspor. Namun, sebagian besar teh diekspor tanpa merek sehingga dibeli dengan harga murah.

Berbicara tentang teh lokal berkualitas, tentu bukan hanya teh hitam. Obrolan masa kini telah beranjak ke keinginan masyarakat untuk berkenalan dengan karakter teh hijau di tanah air Indonesia.

Terbukanya keran untuk menikmati teh hijau memang tumbuh dari demand publik yang mulai mencoba inovasi produk makanan dan minuman yang menyediakan varian rasa greentea. Inilah fase dimana teh hijau mulai diperhitungkan sebagai teh berkualitas tinggi dan kaya manfaat.

Teh hijau berasal dari negeri Tirai Bambu, tepatnya pada masa Dinasti Song, pertama kali dipopulerkan kembali oleh Pemerintahan Raja Shennong tahun 2737 Sebelum Masehi. Teh hijau pertama kali dibawa ke Jepang oleh seorang biksu bernama Myoan Eisai. Sejak itulah teh hijau dikenal di Negeri Sakura.

Perbedaanya teh hijau di Indonesia dan teh hijau lainnya terbuat dari daun yang berasal dari pohon teh varietas asamika. Teh hijau dari luar Indonesia berasal dari daun pohon teh varietas sinensis. Sama-sama daun teh namun perbedaan ukuran pohonnya lebih kecil.

Disamping itu teh hijau Indonesia dari pohon teh asamika kandungan zat polifenolnya lebih tinggi dibanding teh hijau lain, sehingga lebih menyehatkan. Namun, zat polifenol membuat cita rasa teh lebih sepat.

Teh hijau dihasilkan dari pucuk daun teh dan mengalami proses pemanasan untuk mencegah oksidasi. Enzim fenolase pada pucuk daun teh dinonaktifkan dengan cara penguapan sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh hijau tidak mengalami proses fermentasi guna mempertahankan warna hijau daun.

Proses pertama memetik pucuk paling atas yang belum mekar, diikuti tiga helai daun muda yang dibawahnya lalu dipetik dari ruas tangkai daun. Berikutnya dua pucuk daun muda yang berada paling atas yang tidak tumbuh pucuk daun yang belum mekar. Yang pucuk dua disebut burung muda. Daun teh dipetik setiap 16 hari sekali sejak tumbuh.

Berbeda dengan teh hitam, proses oksidasi dicegah. Pada proses fixing kadar air masih 65%. Setelah tahap pengeringan, kadar air maksimal 3%. Konon rasa teh terbaik akan diperoleh jika diseduh dari mata air yang mengalir di perkebunan teh.

Untuk mendapatkan teh hijau dengan kandungan antioksidan optimal, sebaiknya teh hijau diseduh dalam air panas 600-900C (bukan air mendidih paling lama 3 menit, kemudian disaring. Air yang terlalu panas akan membuat teh menjadi pahit, sementara air yang dingin akan membuat larutannya tidak sempurna.

Anda bebas menyeduh teh hijau terbaik namun perhatikan juga jumlahnya. Konsumsi teh hijau disarankan adalah maksimal 2 kali, masing-masing 150 cc per harinya tanpa menambahkan krim, gula atau susu.



0 komentar: