Ketika kopi Indonesia mulai diperhitungkan
di dunia, nasib teh lokal Indonesia kian dipertanyakan. Penurunan produksi teh
terjadi karena biaya produksi yang semakin tinggi sedangkan harga jual rendah. Sempat
menempati peringkat lima sebagai produsen teh terbesar di dunia, posisi teh
Indonesia saat ini turun di posisi tujuh.
Perkebunan teh Indonesia tersebar di
11 provinsi, 80 persen diantaranya berada di Jawa Barat. Perkebunan teh telah
menyumbang devisa bersih 110 juta dollar AS per tahun. Namun, sejak tahun 2000
produksi nasional sebesar 140.000 ton terus merosot bahkan kian
mengkhawatirkan.
Bila dibandingkan dengan produksi
teh Tiongkok sebesar 1,93 juta ton yang terus meningkat setiap tahunnya dengan
luas areal teh mencapai 38,69 juta. Kenyataannya saat ini 60 persen produksi teh Indonesia
dilempar ke ekspor. Namun, sebagian besar teh diekspor tanpa merek sehingga
dibeli dengan harga murah.
Berbicara tentang teh lokal
berkualitas, tentu bukan hanya teh hitam. Obrolan masa kini telah beranjak ke
keinginan masyarakat untuk berkenalan dengan karakter teh hijau di tanah air Indonesia.
Terbukanya keran untuk menikmati teh
hijau memang tumbuh dari demand publik
yang mulai mencoba inovasi produk makanan dan minuman yang menyediakan varian
rasa greentea. Inilah fase dimana teh
hijau mulai diperhitungkan sebagai teh berkualitas tinggi dan kaya manfaat.
Teh hijau berasal dari negeri Tirai
Bambu, tepatnya pada masa Dinasti Song, pertama kali dipopulerkan kembali oleh
Pemerintahan Raja Shennong tahun 2737 Sebelum Masehi. Teh hijau pertama kali
dibawa ke Jepang oleh seorang biksu bernama Myoan Eisai. Sejak itulah teh hijau
dikenal di Negeri Sakura.
Perbedaanya teh hijau di Indonesia
dan teh hijau lainnya terbuat dari daun yang berasal dari pohon teh varietas
asamika. Teh hijau dari luar Indonesia berasal dari daun pohon teh varietas
sinensis. Sama-sama daun teh namun perbedaan ukuran pohonnya lebih kecil.
Disamping itu teh hijau Indonesia
dari pohon teh asamika kandungan zat polifenolnya lebih tinggi dibanding teh
hijau lain, sehingga lebih menyehatkan. Namun, zat polifenol membuat cita rasa
teh lebih sepat.
Teh hijau dihasilkan dari pucuk daun
teh dan mengalami proses pemanasan untuk mencegah oksidasi. Enzim fenolase pada
pucuk daun teh dinonaktifkan dengan cara penguapan sehingga oksidasi enzimatik
terhadap katekin dapat dicegah. Teh hijau tidak mengalami proses fermentasi
guna mempertahankan warna hijau daun.
Proses pertama memetik pucuk paling
atas yang belum mekar, diikuti tiga helai daun muda yang dibawahnya lalu
dipetik dari ruas tangkai daun. Berikutnya dua pucuk daun muda yang berada
paling atas yang tidak tumbuh pucuk daun yang belum mekar. Yang pucuk dua
disebut burung muda. Daun teh dipetik setiap 16 hari sekali sejak tumbuh.
Berbeda dengan teh hitam, proses
oksidasi dicegah. Pada proses fixing
kadar air masih 65%. Setelah tahap pengeringan, kadar air maksimal 3%. Konon
rasa teh terbaik akan diperoleh jika diseduh dari mata air yang mengalir di
perkebunan teh.
Untuk mendapatkan teh hijau dengan
kandungan antioksidan optimal, sebaiknya teh hijau diseduh dalam air panas 600-900C
(bukan air mendidih paling lama 3 menit, kemudian disaring. Air yang terlalu
panas akan membuat teh menjadi pahit, sementara air yang dingin akan membuat
larutannya tidak sempurna.
Anda bebas menyeduh teh hijau
terbaik namun perhatikan juga jumlahnya. Konsumsi teh hijau disarankan adalah
maksimal 2 kali, masing-masing 150 cc per harinya tanpa menambahkan krim, gula
atau susu.
0 komentar:
Posting Komentar