www.indonesia.travel |
“Once a year go someplace you’ve never been before” – Dalai Lama –
Ungkapan tersebut seolah membawa saya untuk terus bermimpi menjelajah negeri ini. Hingga suatu saat nanti dapat menjejakkan kaki pada setiap tempat yang belum pernah saya kunjungi. Sebut saja salah satunya menjelajah Raja Ampat yang terletak di Ujung Timur Indonesia. Gaungnya saja telah terdengar hingga ke seluruh penjuru dunia. Ah ingin rasanya menyesap seluruh titik keindahan alam Raja Ampat sebagai saksi bahwa inilah salah satu kekayaan Indonesia.
Kepuluan Raja Empat merupakan rangkaian empat gugusan
pulau yang berdekatan yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati dan
Pulau Batanta. Raja Ampat dikenal sebagai rumah bagi 540 jenis karang, 1.511
spesies ikan serta 700 jenis ikan moluska. Bayangkan sebuah perpustakan hidup
dari koleksi terumbu karang serta biota laut paling beragam di dunia.
Setidaknya ada lebih dari 40 spot tersebar di Raja Ampat yang bisa kita
kunjungi.
Tak mudah memang menyusuri Raja Ampat di Provinsi Papua
Barat dengan luas wilayah mencapai 46.108 kilometer persegi dan 80 persen
diantaranya berupa lautan. Panjang pantainya 4.860 kilometer. Namun, hanya
dihuni sekitar 60.000 jiwa di 35 pulau dari 610 pulau yang ada. Penduduknya
tersebar ke 98 desa dan 17 distrik. Sedangkan penduduk lokalnya terdiri atas 10
suku bermata pencaharian utama sebagai nelayan.
Saya percaya bahwa setiap pulau di Bumi Cendrawasih ini
memiliki karakteristik view point
tersendiri untuk ditelusuri. Seperti Pulau Wayag yang sudah menjadi primadona
di Kepulauan Raja Ampat. Namun, pilihan saya akan jatuh pada Pulau Misool.
Keindahan Pulau Misool yang berada jauh di selatan Kepulauan Raja Ampat tak
bisa begitu saja saya abaikan. Ya, biasanya pulau yang menjadi primadona kerap
kali dikunjungi wisatawan. Oleh karena itu mencari ketenangan dibalik lautan
menawan di Pulau Misool akan menjadi pilihan menarik.
Kegiatan berenang, berjemur, scuba diving atau kayaking, atau
sekedar duduk santai di tepi pantai menghabiskan waktu pastinya akan jadi
kegiatan yang paling menyenangkan. Airnya yang bersih dan bening membuat saya tak
sabar untuk berenang sambil mendengar kicauan burung terbang. Atau sekedar
mengelilingi pulau karst yang saling berdekatan dan meliuk-liuk di lautan. Bila
perlu saya ingin mengunjungi daerah Kabui untuk menyaksikan gua berstalagtit dengan
kuburan didalamnya yang masih terdapat tengkorak. Pastinya ini akan menjadi
petualangan yang sangat berkesan.
Menurut catatan sejarah, Pulau Misool merupakan daratan
yang menyatu dengan bagian kepala burung Pupua Barat. Kemudian secara
perlahan-lahan terpisah akibat tektonik dan naiknya permukaan air laut. Siapa
sangka bahwa hasilnya begitu menakjubkan dengan hamparan laut dipenuhi terumbu
karang. Pulau karst saling mendominasi membentuk Pulau Misool.
Snorkeling dan
diving menjadi kegiatan yang wajib saya
lakukan untuk menyesap kehidupan bawah laut dan terumbu karang. Apalagi pulau
ini berbatasan langsung dengan Laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi
jalur lintas hewan besar termasuk paus dan gurita. Tak heran bila Misool
dikenal sebagai kawasan misteri karena banyaknya hewan besar dan langka yang
jarang ditemui di negara lain.
Sebagai jantung worldcoral triangle, lebih dari 70% jenis terumbu karang tersebar di Misool.
Menurut data dari The Nature Conservancy Indonesia, dari seluruh terumbu karang
di Raja Ampat sebanyak 553 jenis, 387 jenis diantaranya dapat ditemukan di
Misool. Disini saya ingin melihat secara langsung air laut yang bening
menyaksikan keindahan bawah laut dari atas kapal. Yakin! pasti menawan.
Tipe terumbu karang di Raja Ampat adalah terumbu karang
tepi dengan kontur landai hingga curam. Sering pula ditemukannya tipe-tipe
gosong atau taka dan tipe atol. Siapa yang tidak ingin menyelam dan bertemu
dengan kesibukan ikan-ikan kecil berwarna-warni hilir mudik disekitar kita.
Apalagi bisa bertemu dengan kuda laut kerdil, mantaray, wobbegong, ikan
tuna, giant trevaliies, snapper dan barracuda. Ditambah lagi bisa berenang bersama penyu laut. Ibarat kata
seperti sebuah keberuntungan.
Keindahan serta kekayaan alam Raja Ampat memang tak
pernah habis untuk ditelusuri. Begitu pula decak kagum bagi siapapun yang
menyaksikan secara langsung maupun tidak langsung. Beruntung masyarakat Misool
sangat menjaga kekayaan negeri ini. Hingga akhirnya penerapan sisi diberlakukan masyarakat sebagai
bentuk kearifan lokal. Sisi merupakan sebuah kegiatan konservasi secara
tradisional yang telah ada sejak jaman nenek moyang sesuai dengan kesepakatan
adat istiadat setempat.
Ketua adat melarang warganya untuk menangkap biota laut
seperti lobster, lola, teripang dan batulaga. Bagi yang melanggar akan
dikenakan sanksi sesuai kesepakatan yang terjadi. Mulai dari membayar uang
hingga pekerjaan fisik seperti mengangkut batu untuk membangun fasilitas umum. Misool Eco Resort, sebuah resort mewah
juga turut berkontribusi dalam konservasi alam dengan melarang kegiatan
memancing, menjaring ikan, perburuan hiu serta kegiatan lain yang berpotensi
merusak lingkungan melalui kawasan No-Take
Zone.
Satu tempat indah lagi yang ingin saya kunjungi dan
membuat penasaran adalah adanya lukisan berbentuk tangan manusia, ikan dan
lainnya atau disebut petroglyph. Sebuah lukisan cantik berwarna merah yang
berusia sekitar 5.000 tahun. Letaknya yang sedikit tersembunyi di dalam labirin
yang terbentuk dari laguna dan batuan karst membuat saya tertantang untuk
menelusuri. Dari sana bisa berlanjut mengunjungi mata air dari gunung yang
permukaannya sebesar mangkok. Menurut informasi yang saya dapat airnya dapat
bertahan pada musim kemarau.
Dibalik keindahan alamnya, ternyata Misool masih
menyisakan kesenian budaya yang tak banyak diketahui oleh wisatawan.
Keseniannya berupa tarian seperti Setan Gemutu, Tari Wala dan Suling Tambur.
Kesenian budaya ini menjadi daya tarik unik yang hanya ada di Misool. Pastinya
liburan saya akan semakin menyenangkan dengan menyaksikan secara langsung
kesenian budaya Misool dibalik keindahan alamnya.
Kesenian Setan Gemutu, identik dengan muka seram dengan
seluruh tubuhnya dibalut dengan serabut gemutu. Atraksi ini dilakukan pada hari
besar dan menyambut para tamu seperti bupati, gubernur yang datang dari luar.
Sedangkan tari wala merupakan tarian Suku Masbat yang menceritakan sejarah Suku
Masbat di Kepulauan Misool. Biasanya dilakukan pada hari besar Kristen dan
penyambutan tamu penting. Untuk seruling tambur sendiri dilakukan pada saat
penjemputan tamu. Si Laki-laki akan bertugas memukul tambur dan perempuan
meniup seruling sambil bergoyang-goyang menuju tempat yang ditentukan.
Perjalanan menuju Raja Ampat memang tak bisa dikatakan
mudah serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dari Jakarta,
tempat terdekat yang dapat dijangkau oleh pesawat terbang adalah Bandara Domne
Eduard Osok, Sorong. Penerbangan ditempuh selama 6 jam dengan transit di
Makassar atau Manado. Dari bandara bisa menuju kawasan Raja Ampat selama 3 jam
dengan kapal cepat. Untuk keliling pulau yang diinginkan dapat menyewa speedboat dengan harga 3,5 sampai 8 juta
untuk kapasitas 10 orang. Tapi saya yakin harga yang dibayarkan tentunya akan
setimpal dengan apa yang didapat saat menapak jejak di Raja Ampat.
Sumber Info :