Baru-baru ini soto, kuliner kaki lima (street food) Indonesia masuk dalam
daftar kuliner kaki lima terbaik dunia (World Street Food Master) di urutan
pertama. Acara yang digelar di Singapura bulan Juni 2013, diharapkan mampu
mengangkat citra kuliner kaki lima ditengah maraknya dunia persaingan makanan
moderen yang mulai menjamur.
Tak hanya itu, street
food harus bisa menjadi bagian dari
kuliner dunia. Menurut pakar kuliner Bondan Winarno, kuliner kaki lima
merupakan makanan tradisional makanya harus dilestarikan. “Resep makanan
tradisonal hanya bertahan di kaki lima” katanya.
Bondan melanjutkan, kuliner kaki lima seharusnya
menjadi makanan yang aman dan nyaman dikonsumsi. Oleh karena itu, dibutuhkan
manajemen penyajian makanan yang benar.
Pemilihan Soto Ayam Pak Sadi sebagai urutan pertama
ada tiga hal. Pertama Pak Sadi merintis usahanya dari kecil hingga memiliki
lebih dari 10 outlet di beberapa
daerah. Outlet itulah yang kemudian
dapat membuka lapangan kerja baru. Selain itu, soto ayam menjadi ikon kuliner
Indonesia. Percaya atau tidak ternyata soto hanya ada di Indonesia.
Asal usul soto
Campuran berbagai bahan makanan ternyata menjadi penyebab
asal usul terbentuknya soto. Bagi sebagian masyarakat soto tak ubahnya makanan
biasa yang bisa dibeli dimanapun. Namun uniknya salah satu kuliner bangsa
Indonesia ini banyak dipengaruhi oleh negara Cina. Seperti yang diungkap dalam
buku “Nusa Jawa : Silang Budaya” oleh Dennys Lombard.
Sejumlah makanan Cina melebur menjadi bagian dari
identitas bangsa Indonesia. Soto berasal dari Cina yang dinamakan Caudo yang
kemudian berkembang dan populer di Semarang menjadi Soto. Menurut antropolog Dr
Lono Simatupang, soto merupakan campuran dari berbagai tradisi dan pengaruh
dari budaya lain.
Hidangan soto disajikan dengan taburan mie atau
soun. Mie berasal dari tradisi Cina. Cina-lah yang memiliki teknologi membuat
mie atau soun. Belum lengkap menyantap soto tanpa serbuk koya. Serbuk yang terbuat
dari santan kelapa dikeringkan ini adalah budaya kuliner dari Tionghoa
peranakan.
Satu lagi jejak budaya Tionghoa yang masih melekat
yaitu taburan irisan bawang putih goreng. Cara masak seperti ini merupakan selera
Tionghoa, seperti juga yang ditemukan pada masakan Tionghoa Pontianak. Biasanya
orang Jawa hanya menambahkan bawang merah goreng sebagai pelengkap bukan bawang
putih.
Akulturasi budaya juga ditemukan pada alat makan
yang digunakan untuk menyantap soto. Ya sendok bebek dan mangkok yang diduga
berasal dari Cina. Alat ini sering digunakan oleh masyarakat Cina untuk makan
sup. Ada lagi yang menduga soto berasal dari pengaruh India. Beberapa orang menggunakan
kunyit untuk membuat soto seperti kari dari India.
Perkembangan Soto di Berbagai Daerah
Perkembangan soto hingga ke berbagai daerah
disesuaikan dengan racikan bumbu yang pas dilidah orang Indonesia. Tentu hal
ini dipengaruhi oleh lokalitas yang kemudian muncul Soto Kudus, Soto Madura, Soto
Betawi dll. Setiap orang mampu menciptakan selera yang berbeda untuk semangkuk
soto.
Penyajian soto memiliki makna yang berbeda-beda. Saat
ini soto dihidangkan dengan berbagai macam lauk mulai dari soto ayam, soto
babat, soto daging dll. Soto belum lengkap tanpa tambahan melinjo, kecambah ataupun
perkedel.
Satu lagi kebiasaan orang Indonesia yang tidak
pernah ditinggalkan adalah tambahan nasi, baik itu dicampur atau dipisahkan
dengan soto. Namun tak jarang ada sebagian masyarakat yang menyantap soto
dengan ketupat seperti Coto Makassar.