Tak banyak tanaman
yang dapat tumbuh subur di Madinah. Bahkan sepanjang perjalanan ziarah
mengelilingi kota Madinah, saya jarang sekali menemui pepohonan dalam jumlah
banyak dan rimbun. Apalagi pada saat itu memasuki bulan Februari, dimana cuaca
di Madinah masuk musim dingin. Biasanya daerah gurun pasir pada siang hari
sangat panas dan pada malam hari begitu
dingin.
Madinah dikenal
memiliki iklim subtropis dengan kondisi alam berupa gurun pasir tandus dan
gunung-gunung batuan. Bahkan cuaca bisa mencapai 50 derajat celcius saat
puncaknya di musim panas. Salah satu tumbuhan yang hingga saat ini masih dapat
tumbuh subur di Madinah adalah pohon kurma. Ya, pohon kurma seperti membawa
kesejukan dan keteduhan disaat cuaca Madinah yang semakin panas. Coba nikmati
berteduh di bawah pohon kurma yang rindang suasana berbeda akan terasa di saat
cuaca panas.
Madinah menjadi
salah satu kota penghasil kurma terbesar di Arab. Hampir seluruh jenis kurma
tumbuh subur di tanah Madinah. Tak heran bila oleh-oleh kurma seakan menjadi
makanan wajib yang dibawa saat perjalanan umroh maupun haji. Sengaja saya tidak
membawa berbagai jenis kurma karena biasanya sudah banyak tersedia di tanah
air. Ada satu kurma yang begitu menarik perhatian saya yaitu kurma Ajwa.
Menurut pembimbing tour, kurma Ajwa dinilai memiliki banyak manfaat kesehatan. Saya
yakin kurma Ajwa juga jarang terdapat di Indoensia dan harganya pastilah mahal.
Dari sekian banyak kurma yang banyak tumbuh di Madinah saja, kurma ajwalah yang paling mahal. Harga perkilogramnya mencapai 80 real (Rp 280.000). Sedangkan kurma Ajwa dengan kualitas nomer satu seharga 100 real (Rp 350.000) per kilogram. Di Indonesia sendiri harga kurma Ajwa seberat 30 gram sekitar Rp 175.000. Harga kurma Ajwa atau kurma nabi ini memang terbilang fantastis karena jarang sekali berbuah.
Cuaca panas
menjadi waktu terbaik untuk pertumbuhan kurma. Semakin tinggi suhu udara maka
semakin baik kualitas kurmanya. Tak heran saat saya mengunjungi sebuah toko
kurma yang tak jauh dari kebun kurma, kurma Ajwa banyak tersedia. Tepat pada saat
itu kurma Ajwa baru saja berbuah. Sayang kami belum sempat mengunjungi kebun
kurma karena waktu yang tidak memungkinkan.
Memang kurma Ajwa
punya rasa yang berbeda dibandingkan dengan kurma lainnya. Rasanya lebih enak
manis dan lunak, warnanya hitam dengan bentuknya sedikit lonjong serta banyak
guratan pada permukaannya. Kurma Ajwa juga diyakini sebagai kurma Rosul karena
pada zaman dahulu Nabi Muhammad SAW sering mengkonsumsi kurma Ajwa setiap hari.
Selain itu kurma Ajwa juga memiliki khasiat sebagai obat dalam menyembuhkan berbagai
macam penyakit, terhindar dari racun serta sihir.
Dalam Riwayat
Shahih Al-Bukhari disebutkan “Barang siapa yang pagi hari makan tujuh butir
kurma Ajwah, maka tak akan mencelakainya racun dan sihir di hari itu.
Bila ditilik
berdasarkan kesehatan, kurma Ajwa memiliki kandungan protein sekitar 1,8%-2%.
Nutrisi lainnya berupa serat, vitamin A, vitamin C, kalsium, sodium, potassium
serta zat besi. Kandungan potasiumnya mampu mengatasi masalah otot, sembelit
dan stress. Kandungan gulanya yang tinggi sekitar 50%-70% yang disinyalir mampu
memberikan tambahan energi saat berbuka puasa.
Nama Ajwa
sendiri pada saat itu diambil dari seorang anak Salaman Alfarisi yang bernama
ajua. Dia adalah seorang Nasrani yang kemudian masuk Islam. Dia mewakafkan
kebun kurmanya untuk perjuangan Islam. Sebagai bentuk mengenang jasa-jasanya, Nabi
memberikan namanya pada kurma yang selalu beliau makan dengan sebutan ajua.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat kurma Ajwa merupakan kurma yang
ditanam langsung oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.
0 komentar:
Posting Komentar