Pernah merasa belum makan kalau belum makan nasi? Ini
salah satu kebiasaan masyarakat kita, sudah makan mie atau roti sekalipun belum
cukup kenyang karena belum makan nasi. Nggak heran kalau menurut Mentri
Pertanian Rusman Heriawan, masyarakat Indonesia menjadi konsumen nasi terbesar.
Dalam setahun aja bisa menghabiskan 130 kg beras per kapita.
Indonesia adalah salah satu negara dengan produksi
pertanian terbesar di dunia. Tapi, hal itu juga diimbangi dengan tingkat
konsumsi yang sangat tinggi sehingga kebutuhan pangan terus meningkat. Padahal
ketersediaan beras di Tanah Air pada masa mendatang nggak sejalan dengan laju
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat.
Hingga saat ini sebagian besar penduduk Indonesia masih
mengkonsumsi nasi sebagai sumber karbohidrat utama. Nasi sifatnya mudah diolah,
rasanya juga enak dan netral. Nasi juga mudah dimodifikasi dan bikin kenyang.
Sifat menngenyangkan ini yang menyebabkan kita merasa bergantung sama nasi. Padahal
sumber karbohidrat yang tersedia di Indonesia itu beragam.
Tau nggak kalau ternyata ketergantungan terhadap
beras dapat mengancam ketahanan pangan di Indonesia? Nah untuk mengantisipasi
kejadian tersebut diperlukan adanya suatu upaya yaitu keanekaragaman pangan.
Caranya dengan mengalihkan konsumsi masyarakat Indonesia ke sumber karbohidrat
lain selain nasi.
Sumber karbohidrat di Indonesia itu beragam, bisa
berasal dari jenis umbi-umbian seperti ubi dan singkong. Selain itu ada pula jagung,
mie, roti dan kentang. Coba telusuri secara mendalam kandungan gizi yang
terdapat pada masing-masing sumber makanan tersebut dan bandingkan dengan nasi.
Dalam 100 g nasi mengandung 180 kilokalori energi,
3.4 g protein, 0.4 g lemak dan 39.4 g karbohidrat. Kandungan serat dalam nasi
tergolong rendah. Nasi juga disinyalir memiliki indeks glikemik yang tinggi
sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah cepat meningkat. Semakin tinggi
indeks glikemik suatu makanan maka semakin besar dampak peningkatan pada gula
darah. Kadar normal indeks glikemik adalah 70. Sedangkan indeks glikemik pada
nasi mencapai 88-89.
Coba bandingkan dengan jagung yang memiliki nilai
gizi lebih tinggi. Dalam 50 g jagung terdapat 153 kilokalori energi, 4 g protein,
1.7 g lemak dan 31.8 g karbohidrat.
Sumber karbohidrat yang satu ini kaya akan antioksidan serta betakaroten yang
membentuk vitamin A. Jagung juga mengandung asam lemak esensial lenolenat untuk
pertumbuhan dan kesehatan kulit. Jagung juga diperkaya dengan serat.
Untuk 100 g singkong atau ketela pohon mengandung
energi 157 kilokalori, 0.8 g protein, 0.3 g lemak dan 37.9 g karbohidrat.
Singkong juga kaya akan serat untuk membantu memperlancar proses pencernaan. Kalau
nggak suka dengan singkong bisa pilih talas atau ubi jalar. Dalam 150 g ubi
jalar mengandung 184 kilokalori, 2.7 g protein, 1.1 g lemak dan 42 g
karbohidrat.
Sedangkan 200 g talas mengandung energi 196
kilokalori , 3.8 g protein, 0.4 g lemak dan 47.4 g karbohidrat. Manfaat talas
juga nggak kalah dengan yang lain. Mengkonsumsi talas dapat mengurangi resiko
jantung karena makanan ini juga tinggi kalium. Kentang juga bisa menjadi salah satu
alternatif pengganti nasi. Dalam 200 g kentang mengandung energi 166
kilokalori, 4 g protein, 0.2 lemak dan 38 g karbohidrat.
Kentang mengandung pati resisten yang membantu
pembakaran lemak dalam tubuh. Artinya, zatnya lama diserap dan dicerna sehingga
memicu tubuh untuk membakar lebih banyak lemak. Untuk roti putih dalam sehelai
roti (25g) mengandung 62 kilokalori, 2 g protein, lemak 0.3 g dan 12.5 g
karbohidrat. Namun roti memiliki indeks glikemiks yang tergolong tinggi yaitu
71.
0 komentar:
Posting Komentar