Sabtu, 31 Agustus 2013

SOTO, MAKANAN AKULTURASI BUDAYA


Baru-baru ini soto, kuliner kaki lima (street food) Indonesia masuk dalam daftar kuliner kaki lima terbaik dunia (World Street Food Master) di urutan pertama. Acara yang digelar di Singapura bulan Juni 2013, diharapkan mampu mengangkat citra kuliner kaki lima ditengah maraknya dunia persaingan makanan moderen yang mulai menjamur.
Tak hanya itu, street food  harus bisa menjadi bagian dari kuliner dunia. Menurut pakar kuliner Bondan Winarno, kuliner kaki lima merupakan makanan tradisional makanya harus dilestarikan. “Resep makanan tradisonal hanya bertahan di kaki lima” katanya.
Bondan melanjutkan, kuliner kaki lima seharusnya menjadi makanan yang aman dan nyaman dikonsumsi. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen penyajian makanan yang benar.
Pemilihan Soto Ayam Pak Sadi sebagai urutan pertama ada tiga hal. Pertama Pak Sadi merintis usahanya dari kecil hingga memiliki lebih dari 10 outlet di beberapa daerah. Outlet itulah yang kemudian dapat membuka lapangan kerja baru. Selain itu, soto ayam menjadi ikon kuliner Indonesia. Percaya atau tidak ternyata soto hanya ada di Indonesia.
Asal usul soto
Campuran berbagai bahan makanan ternyata menjadi penyebab asal usul terbentuknya soto. Bagi sebagian masyarakat soto tak ubahnya makanan biasa yang bisa dibeli dimanapun. Namun uniknya salah satu kuliner bangsa Indonesia ini banyak dipengaruhi oleh negara Cina. Seperti yang diungkap dalam buku “Nusa Jawa : Silang Budaya” oleh Dennys Lombard.
Sejumlah makanan Cina melebur menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia. Soto berasal dari Cina yang dinamakan Caudo yang kemudian berkembang dan populer di Semarang menjadi Soto. Menurut antropolog Dr Lono Simatupang, soto merupakan campuran dari berbagai tradisi dan pengaruh dari budaya lain.
Hidangan soto disajikan dengan taburan mie atau soun. Mie berasal dari tradisi Cina. Cina-lah yang memiliki teknologi membuat mie atau soun. Belum lengkap menyantap soto tanpa serbuk koya. Serbuk yang terbuat dari santan kelapa dikeringkan ini adalah budaya kuliner dari Tionghoa peranakan.
Satu lagi jejak budaya Tionghoa yang masih melekat yaitu taburan irisan bawang putih goreng. Cara masak seperti ini merupakan selera Tionghoa, seperti juga yang ditemukan pada masakan Tionghoa Pontianak. Biasanya orang Jawa hanya menambahkan bawang merah goreng sebagai pelengkap bukan bawang putih.
Akulturasi budaya juga ditemukan pada alat makan yang digunakan untuk menyantap soto. Ya sendok bebek dan mangkok yang diduga berasal dari Cina. Alat ini sering digunakan oleh masyarakat Cina untuk makan sup. Ada lagi yang menduga soto berasal dari pengaruh India. Beberapa orang menggunakan kunyit untuk membuat soto seperti kari dari India.
Perkembangan Soto di Berbagai Daerah
Perkembangan soto hingga ke berbagai daerah disesuaikan dengan racikan bumbu yang pas dilidah orang Indonesia. Tentu hal ini dipengaruhi oleh lokalitas yang kemudian muncul Soto Kudus, Soto Madura, Soto Betawi dll. Setiap orang mampu menciptakan selera yang berbeda untuk semangkuk soto.
Penyajian soto memiliki makna yang berbeda-beda. Saat ini soto dihidangkan dengan berbagai macam lauk mulai dari soto ayam, soto babat, soto daging dll. Soto belum lengkap tanpa tambahan melinjo, kecambah ataupun perkedel.

Satu lagi kebiasaan orang Indonesia yang tidak pernah ditinggalkan adalah tambahan nasi, baik itu dicampur atau dipisahkan dengan soto. Namun tak jarang ada sebagian masyarakat yang menyantap soto dengan ketupat seperti Coto Makassar.  

0 komentar: