Cokelat merupakan makanan yang begitu
populer dimana-mana. Bahkan untuk menciptakan mood sekalipun banyak orang
mengandalkan cokelat. Baik cokelat dalam bentuk batangan atau berupa minuman
hangat pelipur lara. Di masa lalu cokelat meberikan nilai sejarah tersendiri
disetiap negara. Salah satunya cokelat paraline, cokelat mungil dengan isi
bervariasi.
Terbentuknya cokelat paraline di tahun
1671 berasal dari kesalahan koki saat menumpahkan gula. Koki Duke
Plessis-Praslin tidak sengaja menumpahkan gula mendidih dan meleleh pada bubuk
almond. Itulah saat kelahirancokelat praline, campuran almond yang dilapisi karamel dan
dihaluskan.
Beberapa tahun kemudian seorang ahli
cokelat Belgia mengembangkan resep ini dan meletakkannya pada lapisan cokelat. Tahun
1697 Belgia kemudian menjadi pusat cokelat terkenal. Grand-Place , Walikota Zurrich
menemukan cokelat dan memperkenalkannya ke Swiss.
Tak dapat dipungkiri bahwa Indonesai
adalah salah satu negara yang mengekspor biji cokelat ke sejumlah negara. Salah
satunya pabrik cokelat Perugina di Italia yang biji cokelatnya diimpor dari
negara di luar Eropa termasuk Indonesia.
Sejumlah produksi dilakukan di
Indonesia untuk menghasilkan produk cokelat terbaik. Proses panen biji kakao terbaik
yang akan menentukan kualitas cokelat. Hanya biji kakao yang matang sempurna
yang bisa memberikan hasil terbaik dari segi rasa maupun aroma.
Cokelat panas
Menikmati secangkir cokelat panas tentu
terasa nikmat. Beberapa penelitian menyebutkan cokelat mampu mencegah
terjadinya penyakit dimensia. Gangguan kerusakan progresif pada sistem saraf
yang dapat menimbulkan beberapa gejala. Ciri-ciri dimensia antara lain
penurunan daya ingat, dan kemampuan berbahasa.
Falvonoid, antioksidan yang terdapat
pada cokelat dapat membantu kelancaran aliran darah dalam otak. Sehingga oksigen
dan glukosa yang merupakan energi dari otak mampu mempertahankan fungsi
kognitif.
“Kami mempelajari lebih dalam aliran darah
ke otak dan berpengaruh pada kemampuan berpikir. Otak mempbutuhkan lebih banyak
energi untuk bekerja secara optimal, oleh karena itu diperlukan aliran darah
yang lancar” ungkap Dr. Farzaneh Sorond, Havard medical School.
0 komentar:
Posting Komentar